Marilah Berkongsi

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Subscribe to AD'DINI ISLAM by Email

Khamis, Disember 17

Air mata seorang khalifah (pemimpin Islam)

Sirah ini menceritakan seorang pemimpin agung Islam di zaman Khulafak al-Rasyiddin yang seringkali menangis mengenangkan nasib rakyat & penduduk sekitar di bawah jagaan dan naungan beliau....Inilah, Air mata Umar Bin Khattab mengisahkan tentang kebiasaan Umar Ibnu al -Khattab, sang khalifah yang pada malam hari suka berkeliling di kota Madinah untuk memantau keadaan rakyatnya. Sampailah pada suatu malam, tiba-tiba mendengar suara tangisan anak-anak disebuah ratak buruk, karena berasa kehairanan Umar mendekati teratak itu,

'Assalamu'alaikum,

' salam Umar Bin Khattab. Dari dalam rumah terdengar menjawab salam, Wa'alaikum salam,' jawab seorang perempuan tua dengan lembutnya sambil mempersilakan beliau masuk. Alangkah terperanjatnya Umar menyaksikan tiga anak yang terus menangis sambil memegang perut diatas papan yang sudah reput. Melihat keadaan seperti itu air mata Umar Bin Khattab mengalir begitu saja tanpa terasa. Kemudian dia bertanya kepada perempuan tua itu. 'Mengapa mereka menangis?'

'Mereka kelaparan, kedua orang tuanya sudah tiada sementara saya sudah tidak sanggup lagi untuk membeli makanan untuk mereka. Sejak kedua orang tua mereka meninggal sudah tidak ada lagi yang menjenguknya,' ucap perempuan tua dengan wajah bersedih. 'Bukankah ibu sedang menjamu makanan tadi?' tanya Umar kehairanan. Lalu perempuan itu menjawab, 'Saya telah membohongi mereka, bukan gandum yang saya makan melainkan batu agar mereka berhenti menangis.' Umar nampak terpinga - pinga.

'Batu?' kata Umar tak lagi mampu menahan sebak didadanya, hatinya terluka bagaikan badai menyaksikan penderitaan yang dialami anak-anak yatim paitu dan seorang nenek tua itu. Air mata itu tak terbendung lagi, Umar Bin Khattab bergegas lari meninggalkan mereka. Disaat di rumah Umar segera mengambil air wudhu' untuk sholat dan berdoa, 'Ya Allah, ampunilah hambaMu ini yang telah melalaikan/membiarkan mereka, Izinkan hamba untuk menebus semua kesalahan hamba.' Dengan secepatnya Umar al - Khatttab mengambil sekarung gandum, sebuku roti dan susu segar untuk diserahkan kepada anak-anak yatim piatu dan nenek yang memerlukannya. Tak lama kemudian ketiga anak itu disuapinya oleh neneknya. Anak-anak itu makan dengan lahapnya.Kemudian, Nenek itu bercerita ketika kedua orang tua masih hidup, cinta dan kasih sayangnya kepada mereka bertiga senantiasa disuapi. Setiap suapannya dihasi dengan senyuman yang indah dari ayah dan ibunya. Sejak peristiwa itu Umar Bin Khattab berjanji tidak akan pernah ada lagi penduduk dinegerinya yang kelaparan,kemiskinan dan kesusahan.

Dari kisah air mata Umar Bin Khattab ini memiliki pesan bahwa perasaan bersalah pada diri Umar kerana merasa atas tanggungjawabnya sebagai pemimpin selagi ada penduduk negerinya yang kelaparan dan kesusahan. Perasaan bersalah inilah yang kemudian ditebus oleh Umar dengan tekadnya untuk memperbaiki sistem pentadbiran yang ada. Konon di masa Umar Ibnu al-Khattab inilah Baitul Mal telah ditubuhkan sebagai lembaga negara dalam membasmi kemiskinan dan kesusahan serta berfungsi dengan baik untuk membantu mengentaskan kemiskinan pada waktu itu. Kemungkinan banyak hal cerita dan teladan dari Umar Bin Khattab yang masih relevan untuk negeri kita yang tercinta bagaimana kita menghadapi krisis dan masalah kemiskinan dewasa ini.

Cuba kita bandingkan kisah Umar ibnu al- khattab ini dengan pemimpin - pemimpin dan raja-raja dalam negara kita........

Jika kita lihat di dalam negara kita kini, adakah pemimpin - pemimpin dan raja - raja Islam negara kita masih lagi sayangkan rakyat dan sanggup menangis kerana sedihnya melihat kita yang dalam kesusahan dan sebagainya? Mana pergi fungsinya Baitul Mal dalam negara kita? Manakah salurannya? Adakah ianya sekadar untuk "membesarkan perut' pemimpin - pemimpin dalam negara kita?

Pendapat saya, mereka ini seolah - olah mementingkan diri dan keluarga mereka sendiri dari rakyat jelata. Mereka semakin kaya dan kaya setinggi gunung...tetapi kita semakin miskin lagi termiskin dan terhimpit oleh keadaan ekonomi. Begitu juga dalam semua pentadbiran dalam negara kita. Kita rakyat dipandang hina di mata mereka seolah - olah darjat mereka sama besar macam Nabi dan malaikat!!! Mengapa Umar pemimpin agung itu boleh memakai baju buruk lebih buruk dari orang miskin dan sanggup menyamar sebagai orang fakir demi rakyat jelatanya sendiri? Mengapa tidak kepada pemimpin - pemimpin kita yang sedang 'membesarkan perut' mereka ini.

Sedarlah wahai pemimpin - pemimpin dan raja - raja kita, kenalah ingat bahawa Allah itulah Maha Agung lagi Terpuji lagi Tertinggi. Dia tidak akan memandang seorang pemimpin yang tidak menjalankan amanah dan tanggungjawab kepada rakyatnya dengan saluran yang betul atas dasar Islam. Allah hanya memandang hambanya yang tinggi taqwa dan iman kepada-NYA.

Sedarlah bahawa tiada sedikitpun pemimpin - pemimpin negara kita yang mementingkan rakyat selain dari 'periuk nasi' mereka sendiri. Ingat pemimpin inilah adalah amanah yang paling berat dari Allah kepada hambanya. Janganlah diabaikan walau sesaat!!!

Wallahuallam....sekian

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Halwai Telinga